.



Perhitungan pada sistem konversi Masehi – Hijriah ini memungkinkan terjadi selisih H-1 atau H+1 dari tanggal seharusnya untuk tanggal Hijriyah

Terapi Ghibah

Pada zaman yang dikatakan orang sebagai zaman modern ini, kebiasaan berkumpul satu sama lain tanpa tujuan yang jelas menjadi makanan sehari-hari yang rasanya wajib untuk dikerjakan dikalangan masyarakat kita. Kebiasaan tersebut dirasa hambar jika tidak dibumbui dengan obrolan hangat tentang pihak ketiga yang biasa familiar dengan istilah gossip atau ngrasani.

Ditambah lagi banyaknya stasiun televisi Indonesia dengan berbagai acara gosipnya yang menjadi sumber rujukan utama dan men-support manhaj masyarakat untuk lebih kreatif dalam menggosip.

Ini baru televisi, media-media lain juga tidak kalah gencar ‘memasyarakatkan’ ghibah. Koran, radio, bahkan internet. Semuanya berlomba-lomba untuk menyajikan berita terbaru mengenai gossip yang sedang hangat…bahkan terkadang mengangkat kembali berita-berita ‘basi’, sekedar mendapat rating yang tinggi.

Tahukah wahai saudaraku kebiasaan yang disebut di atas merupakan salah satu bentuk ghibah. Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadist dalam kitab Shahihnya dari shahabat Abu Hurairah radhiyallu’anhu ?,

“Dari Abu Hurairah Radhiyallahu‘anhu sesungguhnya Rasulullah shalallahu’alaihi wa Sallam ? bersabda: “Tahukah kalian apa ghibah itu? Para shahabat berkata: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Kemudian beliau bersabda: “Engkau menyebutkan sesuatu yang ada pada saudaramu yang dia membecinya. Ditanyakan (salah seorang dari para sahabat bertanya), ”Bagaimana halnya jika apa yang aku katakan itu terdapat pada saudaraku?” Beliau menjawab : “Jika yang engkau sebutkan tadi benar-benar ada pada saudaramu sungguh engkau telah berbuat ghibah, sedangkan jika itu tidak benar maka engkau telah membuat kedustaan atasnya.” (HR. Muslim)

Allah berfirman di dalam Al Qur’an surat Al-Hujurat ayat 12

“ Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka, karena sebagian dari prasangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang”

Al Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata dalam tafsirnya: “Sungguh telah disebutkan (dalam beberapa hadits) tentang ghibah dalam konteks celaan yang menghinakan. Oleh karena itu Allah ? menyerupakan orang yang berbuat ghibah seperti orang yang memakan bangkai saudaranya. Sebagaimana firman Allah ? … (pada ayat di atas). Tentunya itu perkara yang kalian benci dalam tabi’at, demikian pula hal itu dibenci dalam syari’at. Sesungguhnya ancamannya lebih dahsyat dari permisalan itu, karena ayat ini sebagai peringatan agar menjauh/lari.

Berdasarkan hadist dan firman Allah di atas dapat diambil suatu kesimpulan tentang definisi ghibah yaitu menyebutkan sesuatu yang terdapat pada diri seorang muslim, sedang ia tidak suka jika hal tersebut disebutkan. Baik mengenai jasmaninya, agamanya, kekayaannya, hatinya, akhlaknya, bentuk lahiriyahnya dan sebagainya. Caranya pun bermacam-macam diantaranya dengan membeberkan aib, meniru tingkah laku atau gerak tertentu dari orang yang digunjingkan dengan maksud mengolok-ngolok.

Berikut ini adalah hal yang biasanya menjerumuskan manusia ke dalam jurang ghibah serta solusi menghindar darinya.

1. Sebagai pelampiasan kepada seseorang yang memicu kemarahannya. Salah satu cara penganggulangannya yaitu dengan mengingat firman Allah :

(133) dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,
(134). (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (Q.S : Ali Imran 133-134)

2. Sebagai pembelaan atau membantu teman untuk ghibah, karena ingin mempertahankan keharmonisan dan khawatir jika mengingkarinya akan merasa berat pada teman tersebut.

Cara penaganannya yaitu dengan mengingat sabda Rasulullah yang artinya :

“Barang siapa meminta keridhaan orang dengan sesuatu yang dimurkai Allah, maka Allah akan menyerahkan urusannya kepada manusia.” (HR. Tirmidzi)

3. Keinginan untuk mengangkat pamornya, dengan merendahkan orang lain, lalu dia mengatakan, “Si Fulan itu bodoh,”
Dan diantara cara terapinya yaitu apa yang dimiliki Allah adalah lebih baik dan kekal. Dan bahwasanya seorang hamba bisa jadi lebih mulia dihadapan Allah dari padanya. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam surat Al-Baqarah ayat ke 216.

“diwajibkan atas kamu berperang, Padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia Amat baik bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, Padahal ia Amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”

4. Main – main, yaitu ia membicarakan orang lain dengan sesuatu yang mengundang tawa. Misal dengan cara menirukan tingkah atau logatnya yang lucu.

Cara terapinya yaitu kita ingat dan bayangkan bagaimana jika saudara kita, keluarga kita atau bahkan kita sendiri yang diejek, apakah kita rela? Dan hendaknya mengingat sabda nabi yang sangat berharga yaitu :

Dan dari Bahz bin Hakim, dari ayahnya, dari kakeknya radhiyallahu’anhu berkata: Rasulullah Shalallahu ‘alahi wa Sallam bersabda: “Celakalah orang yang berbicara dengan sesuatu yang dusta agar kaumnya menertawakan ucapannya. Celakalah dia, lalu celakalah dia.” Dikeluarkan oleh Imam Tiga, dan Sanadnya kuat. (HR. Abu Daud)

5. Iri, yaitu dengan menggunjing orang agar orang tersebut tidak disukai dan tidak mendapat simpati. Maka hendaknya orang yang merasa iri tersebut merenungi sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam :

“Dua hal yang tidak akan berkumpul dalam hati seseorang adalah iman dan dengki” (HR. Nasa’i)

6. Menisbatkan seseorang pada sesuatu lalu dia ingin terlepas dari sesuatu tersebut, sehingga dia menyebut orang yang telah melakukannya agar dia selamat. Atau dia menyebut orang lain bahwa orang itu juga terlibat melakukannya, agar dengannya dia bisa meringankan uzur darinya.

7. Mendekati pihak yang mempunyai pekerjaan atau proyek dan penanggungjawabnya dengan cara mencela orang–orang yang bekerja sama bersamanya, agar naik jabatan yang lebih tinggi atau agar disebut dipuji dsb.
Cara penanggulangannya adalah agar seorang muslim mengingat ayat-ayat dan hadist-hadist tentang rizki lalu merenunginya bahwasannya apa yang dimiliki Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak diperoleh dengan cara yang diharamkan Allah.

8. Banyak menganggur, merasa bosan, dan jenuh sehingga menyibukkan diri dengan membicarakan orang lain, mencampuri urusan orang lain, membicarakan kehormatan dan aibnya. Seharusnya sebagai seorang muslim meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya serta menyibukkan diri dalam hal ketaatan kepada Allah seperti ibadah, belajar, menuntuk ilmu dsb.

Sebagaimana Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam pernah bersabda :

“ Dan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Diantara baiknya islam adalah meninggalkan hal yang tidak berguna,” (HR. Turmudzi)

Wallahu A'lam

semoga manfa'at

0 komentar: