.



Perhitungan pada sistem konversi Masehi – Hijriah ini memungkinkan terjadi selisih H-1 atau H+1 dari tanggal seharusnya untuk tanggal Hijriyah

Hati Yang Senantiasa Merasakan Ramadhan

Hati Yang Senantiasa Merasakan Ramadhan
Sumber: Arsip Artikel - Millist DT

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Barangsiapa yang mengerjakan amal yang shaleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa yang berbuat kejahatan, maka (dosanya) atas dirinya ; dan sekali-kali tidaklah Tuhanmu menganiaya hamba-hamba(Nya). (QS. Fushshilat 41:46)

Segala Puji Bagi Allah Swt seluas langit dan dunia serta apa yang ada sesudahnya. Syalawat dan salam pada junjungan kita Rasulullah Saw, keluarganya, para sahabatnya serta seluruh kaum muslimin dan muslimat di muka bumi ini.

Sahabatku tercinta rahimakumullah..,
Bulan Ramadhan telah berlalu meninggalkan kita. Malam yang lebih baik dari seribu bulanpun tak akan lagi kita temukan, apakah dengan berakhirnya semua itu kita akan merasa kehilangan gairah untuk beribadah?!...

Tidak sahabat! sekali-kali tidak!.
Ramadhan boleh hilang, namun hati kita akan senantiasa menikmatinya.

Saat berpuasa, dimana lapar dan dahaga menyesak dada, kita bisa merasakan betapa sakitnya penderitaan mereka yang kekurangan. Timbul rasa kasihan untuk menolong, memberikan sebahagian apa yang kita punya untuk mereka. Betapa nikmatnya bukan?! karena saat-saat seperti itu kita merasakan Allah begitu dekat di sisi kita. Karena itu kita tergugah untuk melanjutkannya dengan berpuasa selama 6 hari di bulan syawal, dan Senin Kamis di hari-hari mendatang. (Sesuai kadar kesanggupan kita) Bagi yang masih mempunyai hutang, akan lebih baik segera membayar.

Shalat Tarawih, akan terus kita lakukan dengan Qiyamul lail (tahajud) untuk memperkuat jiwa. Jangan lupa untuk menjaga setiap shalat kita.

Zakat, infak dan sedeqah. Dalam harta kita ada hak orang lain. Apa yang kita nafkahkan semata-mata karena Allah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Tidakkah kita ingin mendapatkannya?!.. Hati akan tenang jika senantiasa menabung untuk bekal pulang. Tak ada insan yang jatuh miskin karena menafkahkan hartanya.

Tilawah Qur'an akan terus kita lanjutkan. Sebab ia adalah kitab petunjuk dalam mengharungi samudra kehidupan. Al Qur'an juga merupakan shifa (obat) penentram hati, berisi peringatan dan ancaman bagi manusia dan alam semesta ini.

Menjaga diri dari perbuatan yang keji, menjaga makanan agar jasad dan ruhani tetap bersih, dan menyambung tali siraturrahmi. Sebagaimana Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang pada hamba-hamba-Nya, sudah sepatutnya kita saling memaafkan (berlapang dada) pada mereka yang pernah menyakiti kita.

Sungguh nikmat bukan? nikmat karena hati yang senantiasa merasakan Ramadhan. Nikmat merasa hidup dekat dengan Tuhan. Bukankah ini yang dicontohkan Rasulullah? Ibadah Ramadhan adalah cerminan akhlak Beliau setiap harinya.

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.(QS. Al Ahzab 33:21)

Wahai Ummul mu'minin, kabarkanlah kepada kami tentang akhlak Rasulullah Saw. Aisyah berkata: Bukankah engkau pernah membaca Al Qur'an?. Jawab: Ya, Kata Aisyah: Akhlak Nabi Allah itu adalah Al Qur'an. (HR. Muslim)

Masa tinggal kita cuma sebentar, Sahabat..,
Jikalau sisa-sisa usia ini tak mampu kita nikmati, betapa ruginya diri. Semoga Allah meridhai segala apa yang kita lakukan, Semoga kita bisa menatap wajah-Nya di hari yang telah dijanjikan, aamiin ya Rabbal 'aalamiin.

Barangsiapa yang mengerjakan amal yang shaleh maka itu adalah untuk dirinya sendiri, dan barangsiapa mengerjakan kejahatan, maka itu akan menimpa dirinya sendiri, kemudian kepada Tuhanmulah kamu dikembalikan. (QS. Al Jaatsiyah 45:15)

0 komentar: